DIKSI (PILIHAN KATA)



MAKALAH
BAHASA INDONESIA
TENTANG
DIKSI (PILIHAN KATA)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9sUDYTGQZv6R-5rnjxDZQKU1XCSJF-rvbE0dEhR8YC41sqHzEIqYzA2uyXUsNjwZ-JaMC_Dm9CtKhde8RSJYBmSQ_dNxKMxr99CADIThBesLPqtbyczWOAfrp4lLadcRKrGmIp1cknX8/s226/logo+warna+OK.bmp
DISUSUN OLEH :
BK/012/E
KELOMPOK III

·         MERI HANDAYANI           (12060148)
·         DIANA HARIASTI M.         (12060160)
·         NOVI ERISTA                      (12060164)
·         RIGITA                                  (12060169)
DI BIMBING OLEH :
Buk Sri Mulyani.,M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2013



KATA PENGANTAR
            Syukur alhamdulillah Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahyang berjudul “Diksi (Pilihan Kata”. Makalah ini penulis ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”
            Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam pembuatan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana mestinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.

Padang, 25 Maret 2013

Penulis



DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................  i
Daftar Isi .............................................................................................................  ii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................  1
1.      Latar Belakang Masalah .........................................................................  1
2.      Rumusan Masalah ...................................................................................  1
3.      Tujuan .....................................................................................................  1
4.      Manfaat Penulisan ..................................................................................  1
Bab II Pembahasan .............................................................................................  2
1.      Penerapan Diksi dalam Kalimat Ragam Formal....................................... 2
2.      Penggunaan Struktur Bahasa Indonesia.................................................. 12
Bab III PENUTUP ............................................................................................  16
1.      Kesimpulan ............................................................................................  16
2.      Saran ......................................................................................................  16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui bersama, banyak penulis yang tidak begitu memperhatikan kata yang digunakan nya saat menukis. Padahal, setiap kata yang digunakan untuk menulis memiliki banyak makna yang sangat berbeda. Contohnya saja, antara kata yang bersinonim, adakalanya kata tersebut memilki makna yang sama, tetapi adakalanya pula kata yang digunakan tersebut memiliki makna yang sangat berbeda.
Oleh sebab itu, pemilihan kata akan sangat mempengaruhi arti, maksud dan penyampaian kata yang ditulis jika kata yang digunakan tidak tepat. Seperti salah menggunakan kata hubung, waktu, tempat, dsb. Oleh karena itu, seorang penulis apalagi penulis ilmiah harus sangat memperhatikan pemilihan kata agar tujuan yang dimaksud tersampaikan kepada yang membaca tulisan tersebut.
2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah cara menerapkan diksi (pilihan kata) dalam kalimat ragam formal ?
b.      Bagaimanakah menggunakan struktur kalimat bahasa ?

3.      Tujuan Penulisan
a.       Agar mahasiswa memahami apasaja harus diterapkan dalam membuat tulisan
b.      Agar mahasisa mwngetahui apasajakah hal yang perlu diterapkan dalam melakukan diksi
c.       Agar mahasiswa mengetahui bagaimana menggunakan struktur kalimat bahasa

4.      Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui cara menerapkan diksi dalam penulisan kalimat ragam formal dan untuk mengetahui cara menggunakan struktur kalimat bahasa dalam penulisan.


BAB II
PEMBAHASAN
Diksi (Pilihan Kata)
a.      Penerapan Diksi (Pilihan Kata) dalam Kalimat Ragam Formal
Kata-kata yang digunakan dalam kalimat, perlu dipilih secara tepat sehingga mampu mengungkapkan maksud yang diutarakan secara tepat pula. Diksi atau pilihan kata yang tepat juga akan memudahkan pembaca untuk memahami maksud yang disampaikan sebagai penulis. Oleh karena itu, ketika membuat kalimat Bahasa Indonesia ragam formal harus memilih, menimbang, dan menggunakan kata secara tepat.
Ada beberapa alasan yang menyatakan kenapa harus memilih kata dan menggunakan kata secara tepat, antara lain sebagai berikut :
1.      Kata-kata ada yang memiliki makna "denotatif” dan ada pula yang sekaligus memiliki makna “konotatif”
2.      Kata-kata ada yang memiliki makna “umum” dan memiliki makna “khusus”
3.      Kata-kata ada yang memiliki makna “sinonim”
4.      Kata-kata ada yang berupa kata ragam formal (baku) dan kata ragam percakapan (non baku)
5.      Kata-kata perlu digunakan secara tepat
6.      Kata-kata perlu ditulis secara benar
Dan dapat dilihat makna dari setiap alasan diata, antara lain :
1.      Kata-kata Denotatif dan Konotatif
Kata-kata yang bermakna “denotatif” adalah kata-kata yang disebut juga bermakna konseptual, bermakna kognitif dan bermakna referensial. Kata bermakna denotative adalah kata yang bermakna sesuai dengan hasil observasi penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan pengecapan. Maksudnya, kata-kata yang mengandung makna denotative adalah kata-kata yang maknanya menyangkut informasi-informasi factual objektif (dalam buku Chaer, 1995:65-66). Makna denotative juga dapat diarikan sebagai makna yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan kata dan wujud diluar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat (Pateda,2001:98).
Kata-kata bermakna “konotatif” adalah kata-kata yang memiliki makna asosiasif dan timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual atau denotative (Arifin dan Tasai, 2004:26). Menurut Pateda, makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Makna konotatif terdapat pada kata yang bermakna denotative. Artinya, dapat dipahami bahwa pada umumnya semua kata mempunyai makna denotative, tetapi tidak semua kata tersebut mempunyai makna konotatif.
            Kata Denotatif                       Kata Konotatif
·         Membicarakan             Membahas, mengkaji
·         Memperhatikan                       Menelaah, meneliti, menyelidiki
·         Penonton                                 Pemirsa, pemerhati
·         Rumah                         Gedung, wisma, graham
·         Membuat                                 Merakit, menyulap
·         Sesuai                          Harmonis, serasi
·         Tukang                                    Juru, ahli
·         Pekerja                                    Pegawai, karyawan

Kata yang bermakna denotative adalah kata yang memiliki arti harfiah dan tidak  memilki makna tambahan yang berkaitan dengan sikap penutur. Dan begitu pula dengan kata yang bermakna denotative yaitu kata yang memiliki nilai rasa tertentu.

2.      Kata Umum dan Kata Khusus
Dalam membuat kalimat, kita harus memperhatikan kata umum dan kata khusus. Untuk mengungkapkan hal yang generik (universal) dapat digunakan kata umum. Sedangkan, untuk mengungkapkan hal-hal yang spesifik (spesial) dapat digunakan kata khusus.
Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah kata yang memiliki acuan yang lebih luas daripada kata khusus.
            Kata umum dan khusus tersebut dapat dilihat dari bentuk berikut :
            Kata Umum                           Kata Khusus
·         Ikan                                        Gurame, lele, sepat, tuna, nila, koki mas
·         Bunga                                     Mawar, ros, melati, dahlia, anggrek
·         Hewan mamalia                                 Sapi, kerbau, kuda, keledai, kambing
·         Burung                                               Merpati, beo, balam, perkutut, ketitiran

3.      Kata-kata Bersinonim
Kata-kata bersinonim adalah kata-kata (bentuknya memang berbeda) yang pada dasarnya mempunyai makna yang hamper sama atau mirip. Oleh karena itu, telah diakui oleh para pakar bahasa, bahwa kesinoniman kata-kata itu tidaklah bersifat mutlak.
Kata-kata bersinonim perlu dipahami, dipilih dan digunakan secara tepat dalam kalimat ragam formal. Sebab, walaupun bersinonim, pada dasarnya kata-kata itu berbeda konteks penggunaannya. Dalam ilmu semantik pun, dijelaskan bahwa kata-kata yang bersinonim itu tetap memiliki perbedaan makna. Artinya, tidak ada kata-kata yang bersinonim secara mutlak. Kata-kata yang berbeda bentuknya diyakini berbeda pula maknanya.
Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang bersinonim dapat dilihat dari contoh berikut :
·         Cerdas                         =          Cerdik, hebat, pintar
·         Besar               =          Agung, raya
·         Mati                 =          Mangkat, wafat, meninggal
·         Ilmu                 =          Pengetahuan
·         Penelitian                    =          Penyelidikan

Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia juga terdapat pasangan kata yang bersinonim, kita harus mempertimbangkan secara tepat penggunaan salah satu dari pasangan kata bersinonim itu dalam penyusunan kalimat ragam formal. Pada dasarnya, pembicaraan kata-kata bersinonim juga berkaitan dengan pembicaraan kata bermakna denotatif dan kata bermakna konotatif.



4.      Kata Baku dan Nonbaku
Bahasa Indonesia memiliki banyak ragam. Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa Indonesia dibedakan menjadi ragam formal dan ragam  tidak formal (percakapan). Dalam bahasa Indonesia ragam formal digunakan kata baku, sedangkan dalam bahasa Indonesia ragam tidak formal, boleh saja digunakan kata nonbaku. Kata baku dan  kata nonbaku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti ranah fonologis, ranah morfologis dan ranah leksikon.

1.      Kata baku dan kata nonbaku dilihat berdasarkan ranah fonologis
Yaitu sebuah kata baku kadang-kadang memilki kata nonbaku karena penambahan fonem, pengurangan fonem atau pengubahan fonem.
Ketiga hal tersebut dapat dilihat dari contoh berikut :

Ø  Pasangan kata baku dan nonbaku karena penambahan fonem
Kata Baku                 Kata Nonbaku
·         Imbau                          Himbau
·         Andal                          Handal
·         Utang                          Hutang
·         Rapi                             Rapih
·         Ubah                           Rubah

Ø  Pasangan kata baku dan nonbaku karena pengurangan fonem
Kata Baku                 Kata Nonbaku
·         Terap                           Trap
·         Terampil                                  Trampil
·         Tetapi                          Tapi
·         Tidak                           Tak





Ø  Pasangan kata baku dan nonbaku karena pengubahan fonem
Kata Baku                 Kata Nonbaku
·         Telur                            Telor
·         Ubah                           Obah
·         Tampak                                   Nampak
·         Lubang                                    Lobang
·         Roboh                         Rubuh

2.      Kata baku dan nonbaku dilihat berdasarkan ranah morfologis
Yaitu sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata nonbaku karena pada hasil proses morfologis terjadi pengurangan fonem atau pengubahan fonem,terjadi penggantian afiks, dan terjadi kelebihan fonem.
Kedua hal tersebut dapat dilihat berdasarkan contoh berikut :

Ø  Pasangan kata baku dan nonbaku karena terjadi pengurangan fonem
Kata Baku                 Kata Nonbaku
·         Memfokuskan             Memokuskan
·         Memprotes                              Memrotes
·         Memfotokopi              Memotokopi
·         Memproduksi              Memrokduksi
·         Memproses                  Memroses

Ø  Pasangan kata baku dan nonbaku karena terjadi pengubahan fonem
Kata Baku                 Kata Nonbaku
·         Mengubah                               Merubah         

Ø  Pasangan kata baku dan nonbaku karena terjadi penggantian afiks
Kata Baku                 Kata Nonbaku
·         Menangkap                 Nangkap
·         Menatap                                  Natap
·         Menari                         Nari
Ø  Pasangan kata baku dan nonbaku karena kelebihan fonem
Kata Baku                 KataNonbaku
·         Beracun                                   Berracun
·         Beragam                                  Berragam
·         Becermin                                 Bercermin
·         Beternak                                  Berternak
·         Bekerja                                    Berkerja

3.      Kata baku dan kata nonbaku dapat dilihat berdasarkan ranah leksikon
Yaitu sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata nonbaku terdapat dalam ragam percakapan.

Ø  Dalam kalimat ragam formal, jangan menggunakan kata (frasa) ragam percakapan (nonbaku). Pasangan kata baku dan kata ragam percakapan itu antara lain :
Frasa Baku                Frasa Nonbaku
·         Tidak terlalu                Tidak Begitu
·         Belum masak               Belum matang
·         Tidak mau                               Enggak mau
·         Memang cantik                       Emang cantik
·         Hanya nasi                              Nasi tok
·         Nakal sekali                 Nakal tak ketulungan

Ø  Dalam kalimat ragam formal jangan   menggunakan frasa ragam percakapan karena salah susunannya. Pasangan kata baku dan kata ragam percakapan itu antara lain :
Frasa Baku                Frasa Nonbaku
·         Waktu lain                               Lain waktu
·         Daerah lain                              Lain daerah
·         Pertama kali                Kali pertama
·         Sore nanti                                Nanti sore
·         Sudah selesai               Selesai sudah
Ø  Dalam kalimat ragam formal, kita mungkin akan membuat kata-kata yang maknanya redundan. Artinya, kata-kata yang digunakan sudah berlebihan maknanya. Pasangan frasa baku dan frasa yang bermakna redundan (nonbaku) adalah sebagai berikut :
Frasa Baku                            Frasa Nonbaku
·         Sangat pedih                           Amat sangat pedih, amat pedih
·         Berpandang-pandangan                      Saling berpandang-pandangan
·         Sangat malas                           Sangat malas sekali
·         Sangat banyak                         Sangat banyak sekali
·         Saling tolak                             Saling tolak menolak

Ø  Dalam bahasa Indonesia, karena adanya penyerapan bahasa asing atau bahasa daerah (sanskerta) terdapat kata baku dan kata nonbaku. Dalam kalimat ragam formal, kita harus memilih dan menggunakan kata serapan yang sudah dibakukan. Pasangan kata baku dan nonbaku itu adalah sebagai berikut :
Kata Baku                 Kata Nonbaku
·         Apotek                                    Apotik
·         Arkeologi                                Arkheologi
·         Aktivitas                                 Aktifitas
·         Insaf                            Insyaf
·         Intensif                                    Intensip

5.      Penggunaan Kata secara Tepat
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat. Misalnya, kekeliruan penggunaan kata yang sering terjadi adalah dalam hal penggunaan kata depan (preposisi) seperti : di yang seharusnya digunakan pada, atau ke yang seharusnya digunakan kepada.


Ø  Kekeliruan penggunaan kata depan (preposisi) di yang seharusnya digunakan pada dapat dilihat seperti berikut :

Penggunaan yang Tidak Tepat                   Penggunaan yang Tepat
·         Di saya                                                            Pada saya
·         Di kami                                                           Pada kami
·         Di mereka                                                        Pada mereka
·         Di malam hari                                      Pada malam hari
·         Di saat ini                                                        Pada saat ini

Ø  Kekeliruan penggunaan kata depan (preposisi) ke yang seharusnya digunakan kepada dapat dilihat contoh berikut :
Penggunaan yang Tidak Tepat                   Penggunaan yang Tepat
·         Ke saya                                                           Kepada saya
·         Ke kami                                                           Kepada kami
·         Ke kita                                                            Kepada kita
·         Ke paman                                                        Kepada paman
·         Ke ayah                                                           Kepada ayah
Alwi (1998:331) mengemukakan penggunaan kata depan atau kata penghubung sesuai fungsinya, sebagai berikut :
1.      Untuk keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, didalam, pada
2.      Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang
3.      Untuk keterangan alat digunakan kata dengan
4.      Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi
5.      Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan
6.      Untuk keterangan penyerta digunakan kata dengan, bersama, beserta
7.      Untuk keterangan perbandingan /kemiripan digunakan kata seperti,bagaikan, laksana
8.      Untuk keterangan sebab digunakan kata karena, sebab



6.      Penulisan Kata secara Benar
Dalam kalimat-kalimat ragam formal, kita perlu menulis kata secara benar. Misalnya, kesalahan penulisan kata yang sering terjadi adalah dalam hal penulisan kata depan (preposisi) seperti di, ke, dari yang seharusnya ditulis terpisah dari kata yang diikutinya.

Ø  Penulisan kata depan (preposisi) di yang benar (ditulis terpisah) dan penulisan kata depan (preposisi) di yang salah (ditulis serangkai) dapat dilihat seperti berikut :
Penulisan yang Benar                                   Penulisan yang Salah
·         Di atas                                                 Diatas
·         Di jalan                                                            Dijalan
·         Di samping                                          Disamping
·         Di bagian depan                                              Dibagian depan
·         Di pasar                                                           Dipasar

Ø  Selain kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering terjadi kesalahan penulisan partikel non seperti pada contoh berikut :
Penulisan yang Benar                                   Penulisan yang Salah
·         Non-Indonesia                                                Non Indonesia
·         Non-India                                                       Non India
·         Non-Minangkabau                                          Non Minangkabau
·         Nonkolaborasi                                     Non Kolaborasi
·         Nonkependidikan                                           Non Kependidikan

Ø  Dalam bahasa Indonesia, partikel per memiliki arti ‘mulai, demi, tiap’. Penulisan partikel per ini ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Kesalahan partikel per dapat dilihat pada contoh berikut :
Penulisan yang Benar                       Penulisan yang Salah
·         Per jam                                                Perjam
·         Per minggu                              Perminggu
·         Per tahun                                             Per tahun
·         Per satu Januari                                   Persatu Januari
Ø  Selain itu juga terdapat awalan per yang memiliki arti ‘menjadikan…’, menjadikan lebih..’ atau memperlakukannya sebagai..’. penulisan awalan per ini ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Dan kesalahan penulisan awalan per dapat dilihat sebagai berikut :
Penulisan yang Benar                       Penulisan yang Salah
·         Perbesar                                               Per besar
·         Persatu                                                Per satu
·         Persingkat                                           Per singkat
·         Pertuan                                                Per tuan
·         Perpanjang                                          Per panjang

Ø  Dalam bahasa Indonesia, kata pun yang memilki arti ‘juga’ harus ditulis secara terpisah dengan kata yang diikutinya. Kesalahan penulisan kata pun seperti contoh berikut :
Penulisan yang Benar                       Penulisan yang Salah
·         Aku pun                                              Akupun
·         Kami pun                                            Kamipun
·         Dia pun                                               Diapun
·         Sedikit pun                              Sedikitpun
·         Makan pun                                          Makanpun

Ø  Selain itu, kata pun pada kata tertentu yaitu ungkapan yang sudah padu harus dituliskan serangkai dengan kata yang diikutinya. Kesalahan penulisan kata pun dapat dilihat pada contoh dibawah ini :
Penulisan yang Benar                       Penulisan yang Salah
·         Walaupun                                            Walau pun
·         Sungguhpun                            Sungguh pun
·         Meskipun                                            Meski pun
·         Kendatipun                             Kendati pun
·         Ataupun                                              Atau pun



b.      Penggunaan Struktur Kalimat Bahasa Indonesia
Karangan ilmiah mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat hirarkis, yaitu satuan-satuan yang secara bertingkat membentuk satu sistem. Dalam sistem tersebut satuan yang lebih kecil yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar. Satuan-satuan itu adalah morfem (satuan terkecil), kata, frase, klausa, kalimat, paragraf dan karangan atau wacana (satuan terbesar).
Pembentukan masing-masing satuan dan hubungan antara satuan dengan satuan lainnya dalam pembentukan dalam pembentukan satuan yang lebih besar mengikuti kaidah-kaidah tertentu. Kaidah-kaidah itu disebut kaidah-kaidah tata bahasa.
1.      Struktur Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengugkapkan pikiran yang utuh (Alwi, dkk, 1998:311). Dalam wujud lisan (pengucapan), kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikiti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), atau tanda tanya (?), atau tanda seru (!)
Untuk memeriksa apakah suatu kalimat yang ditulis sudah memenuhi kaidah tata bahasa, maka seorang penulis perlu memahami dan mengenal fungsi unsur kalimat, antara lain sebagai berikut :
1.      Ciri-ciri subjek
Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting dalam sebuah kalimat, selain sebagai unsur predikat. Ciri-ciri subjek, antara lain :
a.       Pada umumnya subjek berupa nomina ataua frase nomina atau kelas kata lain yang dapat menduduki fungsi objek
b.      Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
c.       Dapat diperluas dengan kata itu, ini
d.      Dapat diperluas dengan frase atau klausa dengan kata penghubung yang


2.      Ciri-ciri predikat
Predikat merupakan unsur pokok yang disertai unsur subjek, dan jika ada disertai unsur objek, pelengkap atau keterangan wajib disebelah kanan. Ciri-ciri predikat anta lain:
a.       Predikat berupa verba atau frase verbal, adjektiva atau frase akjetival, nomina atau frase nominal, numeral atau frase numeralia
b.      Merupakan jawaban pertanyaan atas mengapa atau bagaimana
c.       Dapat disertai kata pengingkar tidak dan bukan
d.      Dapat disertai kata-kata seperti sudah, belum, akan, sedang, ingin, hendak, mau
3.      Ciri-ciri Objek
Objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Dengan kata lain, objek hanya terdapat pada kalimat aktif transitif. Ciri-ciri objek adalah :
a.       Terletak pada kalimat transitif
b.      Terletak langsung dibelakang predikat
c.       Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
d.      Tidak didahului oleh preposisi
e.       Dapat diganti dengan pronomina-nya
f.       Berwujud frasa nomina atau klausa
4.      Ciri-ciri pelengkap
Pelengkap berbeda dengan objek. Pelengkap dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Berwujud nomina atau frasa nominal verba atau frasa verba, adjektiva atau frase adjektiva atau klausa
b.      Berada langsung dibelakang predikat jika tidak ada objek, dan berada dibelakang objek jika unsur objek hadir
c.       Tidak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat
d.      Terdapat dalam kalimat yang berpredikat verba
e.       Tidak dapat diganti dengan –nya  kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari dan akan

5.      Ciri-ciri keterangan
Keterangan merupakan unsur yang memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
a.      Memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat
b.      Memiliki keleluasan posisi (penempatan) dalam kalimat
c.       Didahului oleh kata depan seperti di, dari, pada, selama, dengan, sebab
d.      Biasanya berupa frase preposisional
e.       Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat mana suka

2.      Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut aturan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Kalimat dasar merupakan kalimat yang belum mengalami perubahan seperti penambahan keterangan kalimat atau keterangan subjek, keterangan predikat dan keterangan objek.
Ada 6 tipe kalimat dasar dalam bahasa Indonesia, antara lain :
a.       Kalimat dasar berpola S-P
b.      Kalimat berpola S-P-O
c.       Kalimat dasar berpola S-P-Pel
d.      Kalimat dasar berpola S-P-Ket
e.       Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel
f.       Kalimat dasar berpola S-P-O-Ket

3.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu pola dasar kalimat. Artinya, dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Namun demikan, dalam kalimat tunggal bisa diperluas dengan unsur tambahan (tidak wajib) seperti keterangan tempat, waktu dan alat.


Ada beberapa kalimat tunggal, diantaranya :
a.       Kalimat taktransistif
b.      Kalimat ekstransitif
c.       Kalimat dwitransitif
d.      Kalimat pasif
e.       Kalimat berpedikat adjektif
f.       Kalimat berpedikat nominal
g.      Kalimat berpedikat numeral
h.      Kalimat berpedikat frasa preposisional

4.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalahkalimat yang memilki dua klausa (pola kalimat) atau lebih yang saling berhubungan. Berdasarkan sifat hubungan dua klausa atau lebih, kalimat majemuk dibedakan menjadi :
a.       Kalimat majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang memiliki dua atau lebih yang masing-masingnya mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur kontituen kalimat. Hubungan antara klausa satu dengan klausa yang lain tidaklah membentuk hubungan hirarkis.
b.      Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang memilki dua klausa atau lebih yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Masing-masing klausa itu mempunyai kedudukan yang tidak setara dalam struktur konstituen kalimat. Hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain membentuk hubungan hirarkis. Dalam kalimat majemuk bertingkat, antara klausa yang satu dengan klausa yang lain sering dihubungkan oleh konjungtor bahwa.




BAB III
KESIMPULAN

1.      Kesimpulan
a.       Penerapan diksi (pilihan kata) dalam kalimat ragam formal
§      Kata-kata denotatif dan konotatif
§      Kata umu dan kata khusus
§      Kata-kata bersinonim
§      Kata baku dan non baku
§      Penggunaan kata secara tepat
§      Penulisan kata secara benar

b.      Penggunaan struktur kalimat bahasa Indonesia
§      Struktur kalimat
§      Pola kalimat dasar
§      Kalimat tunggal
§      Kalimat majemuk

2.      Saran
Ketika seseorang ingin menulis, apalagi karangan ilimiah, hal yang paling utama diperhatikan adalah DIKSI. Karena, diksi akan mempengaruhi tujuan, maksud dan arti dari apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Bukan itu saja, kata hubung juga akan mempengaruhi makna kata yang ditulis. Terlalu banyaknya menggunakan kata hubung, akan menimbulkan banyak keraguan dalam memaknai kalaimat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9sUDYTGQZv6R-5rnjxDZQKU1XCSJF-rvbE0dEhR8YC41sqHzEIqYzA2uyXUsNjwZ-JaMC_Dm9CtKhde8RSJYBmSQ_dNxKMxr99CADIThBesLPqtbyczWOAfrp4lLadcRKrGmIp1cknX8/s226/logo+warna+OK.bmpSelanjutnya, hal yang perlu diperhatikan adalah pola dan struktur kalimat yang digunakan. Kalimat yang bagus adalah kalimat yang menggunakan struktur dan pola kalimat dengan benar. Dengan demikian, tujuan dan maksud yang ingin disampaikan bisa dipahami oleh pembaca.



DAFTAR PUSTAKA
1.      Ermanto dan Emidar. 2009. Bahasa Indonesia : Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Padang : UNP Press
2.      Arifin, E. Zainal. 1991. Penulisan Karangan Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
3.      http://www. -pilihan-kata-yang-baik-dan-benar/diksi.html.49xyTj89.com
kalau ada kritik dan saran, silahkan sampaikan dikolom komentar..
Terimakasih :)
Salam SNF Jaya
Silahkan Follow Juga IG Saya : novierista93

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "DIKSI (PILIHAN KATA)"

Posting Komentar