SYAIR HIJRIAH


by Zunaidi Aidi Tuan-Tuan on Monday, 06 December 2010 at 13:24
 
Assalammualikum Warahmatullah.
Harap dibacalah ini madah.
Dengan awal membaca bismillah.
Berharap rahmat dari Allah.

Dengan bismilah permulaan kalam.
Mengenang pencipta khaliqul alam.
Tiada tidur siang dan malam.
Membawa hati menjadi tentram.

Inilah syair menyambut tahun baru.
Bukanlah ini sebuah lagu.
Ini bukan pula untuk mengerutu.
Sekedar hanya mengingatkan selalu.

Tahun hijriah berawal muharam.
Sebagai tahun baru umat Islam.
Bangkitkan diri dari masa yang kelam.
Perbutan baik selalulah ditanam.

Terbesit sudah di dalam hati.
Perihal tentang Islam sekarang ini.
Dapat dilihat di sana sini.
Islam maju memenuhi bumi.

Berawal dari Rasulullah.
Beliau Melakukan hijrah.
Tidak pula ia berlama-lama di mekah.
Kepada Allah Ia tunaikan perintah.

Jika kita pandang ke depan.
Lihatlah apa yang dapat diramalkan.
Sudahkah kita eratkan persaudaraan.
Atau malah kita bermusuhan.

Al-Qur'an dijunjung tinggi.
Sebagai petujuk jalan menuju Ilahi.
Tapi yang menghatamkannya dapat dihitung jari.
Mudah-mudahan ke depan lebih semangat lagi.

Umur baru seumur jagung dan kacang.
Darah baru setandan pinang.
Mestilah kita banyak belajar sekarang.
Mumpung waktu masih panjang.

Jangan dikata jikalau orang salah.
Jangan dihina jikalau orang susah.
Saling berbagi bukankah ibadah.
Demikan itulah yang diconytohkan Rasulullah.

Hari berganti hari.
Bulan dan tahun silih berganti.
Ada yang lahir dihari ini.
Banyak pula yang sudah mati.

Allah Humma ya Allah.
Diawal tahun baru hijriah.
Berikanlah kami nikmat yang melimpah.
Jauhkan kami dari segenap musibah.

Berilah jodoh yang hendak menikah.
Berilah anak yang menuggu resah.
Sehatkan bagi yang sakit terpapah-papah.
Bagi yang tak bertempat berilah rumah.

Kata berucap datung bersambut.
Apa yang dimau jangan hanya disebut.
Tapi kita mesti berebut.
Namun jangan saling menyikut.

Dunia ini sudah tua.
Tuannyapun sulit dikira.
Siapkan saja oleh-oleh kita.
Untuk dibawa di hapadapan Allah semata.

Anak dara memakai jilbab.
Jilbab dipakai sebagi hijab.
Namun jangnlah suatu sebab.
Hanya sekedar menutup diri yang tak beradab.

Anak lelaki memakai kopiah.
Dipakai kadang miring sebelah.
Hanya dipakai waktu beribadah.
Maka kuat-kuatkanlah aqidah.

Orang kaya banyak yang haji.
Ke Mekah sampai berniat mati.
Tetangga kelaparan tak mau peduli.
Sedangkan haji mau berkali-kali.

Pejabat muslim banyak berdasi.
Jadi pejabat baru begelar haji.
Membuat rakyat malu bertubi-tubi.
Jika dipilih malah koropsi.

Tahun ini tahun hijriah.
Haraplah dirayakan dengan meriah.
Bukan sekedar karnaval atau mendengar tausiah.
Tapi tingkatkanlah kualitas ibadah.

Pak haji bermain judi.
Tetap haram hukumnya ini.
Demikian Islam tegak berdiri.
Tahu agama jangan Hanya untuk melindungi diri sendiri.

Pergaulan semakin bebas.
Remaja bergaulpun tanpa batas.
Bertanda rusaknya moralitas.
Segeralah untuk diberantas.

Jangan salahkan pihak lain.
Justru kita mesti prihatin.
Bukankah ini penyakit batin.
Bagaikan api yang membakar lilin.

Mari kita semangatkan diri.
Rajin-rajin sembahyang mengaji.
Anak pulang malam cepat dicari.
Didiklah generasi Islam dengan hati-hati.

Wahai ibu dan ayah.
Biayai kami sekolah.
Bukankah itu tergolong ibadah.
Mengapa pula mesti membuat mu resah.

Liahatlah anak perempuan berbaju.
Berpakaian sudah tak menentu.
Menutup pinggang menampakkan susu.
Sungguh itu sangat terlalu.

Berbaju yang ketat-ketat.
Membuat lelaki semakin dekat.
Ujung-ujungnya tetap maksiat.
Demikian cara setan untuk menjerat.

Orang tua sibuk kerja.
 Bapak rapat kantor ke sini ke sana.
Ibunya pasang arisan berjuta-juta.
Anak - anaknya berkeliaran kemana-mana.

Laki-laki tak lagi jadi pelindung.
Lantaran tak suka lagi gadis bekerudung.
Walau tak dihina secara langsung.
Laki-laki seperti itu hanya mencari untung.

Mari kita perkuatkan iman.
Jangan hanya banyak makan.
Kerjapun jangan asal-asalan.
Karena itu kerjanya pereman.

Ketika Rasulullah ke Hijrah.
Rasulullah menuju Madinah.
Umat di sana patuh dengan perintah.
Itulah membuat kafir Qurais jadi marah.

Dizaman Jahiliyah dulu.
Orang-orang mabuk tak tentu rudu.
Berjudi dan Minum arak selalu.
Tapi sekarang Kemaksiatan sudah sangat terlalu.

Dulu mabuk dengan minuman arak saja.
Sekarang orang mabuk sudah bernacam-macam adanya.
Mabuk dengan narkotika dan nafza.
Bahkan dengan infus dicampur soda.

Dulu orang jahiliyah menyembah berhala.
Roti-roti dijadikan Tuhannya.
Sekarang banyak yang menyembah pagkat jabatan dan harta.
Sungguh itu kebodohan yang luar biasa.

Mengidupi keluarga dengan bekerja.
Halal-haram dihantam saja.
Manalah anak mau bisa soleh dan soleha.
Diberi makan hasil tak benar adanya.

Jika kita mau berpikir.
Dapatlah kita memperbiki takdir.
Jangan marah pula jika disindir.
Demikian itu bahasa bibir.

Ditahun baru ini.
Mari kita perbaiki diri.
Masa depan telah menanti.
Tinggal kita menyusun strategi.

Hidup mesti berencana.
Agar tahu kedepan bakal jadi apa.
Jadi orang baik atau sebaliknya.
Bisa-bisa esokpun kita sudah tiada.

Dengan orang tua janganlah lupa.
Bertambah tahun ia semakin tua.
Jika sudah tak ada berkirimlah do'a.
Karena merekalah kita ini ada didunia.

Suku bermacam-macam.
Tapi kita mesti hidup tentram.
Ada rezeki lebih jangan diam-diam.
Nanti kecurian diwaktu malam.

Rezeki lebih saling berbagi.
Jika tak ada saling mencari.
Pemberian yang lalu jangan dihitung-hitung lagi.
Jika tak ikhlas tentu tak tercatat dihari akherat nanti.

Demikian ini madah.
Saya buat untuk tahun baru hijriah.
Diamalkan jadi ibadah.
Tak dibaca mungkin tersindir dan marah.

Hidup dengan adat istiadat.
Dengan beribadahlah kita dikatakan taat.
Jangan dikatakan  budaya ini sesat.
Karena ini bagian dari syariat.

Ini syair panjang.
Haraplah untuk dikenang.
Bila hendak berjumpa saya sendiri harap diundang.
Dalam setiap acara Insyaallah datang.

Cukup sudah ini madah.
Saya tutup dengan Al-hamdulillah.
Semoga membawa Faedah.
Wassalammualaikum Warahmatullah.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SYAIR HIJRIAH"

Posting Komentar